Lagi-Lagi, Menikmati Sate Gule Kambing Cimandiri
Kalau dihitung-hitung sudah yang ke empat kalinya Goweser NKRI Ankid-10 menikmati Sate Gule Kambing Cimandiri. Memang, seperti menghadapi semacam ultimatum dari pedagangnya: "Barangsiapa satu kali saja menikmati sate gule kambing Cimandiri, maka pihaknya tidak bertanggung jawab kalau sampai kembali lagi karena ketagihan."
Barangkali seperti itulah yang tengah dihadapi 11 Goweser yang akan menjajal jalur ke Taman Hutan Raya (TAHURA) Djuanda Bandung ini. Empat goweser diantaranya pernah sampai ke TAHURA dan tujuh goweser lainnya ingin mencoba kekuatannya untuk melintas jalur yang terbilang ekstrim itu.
Ada cara yang baru dari perjalanan kali ini. Biasanya, gowes dulu, baru menusuk ke kuliner. Kini caranya dibalik yakni menuju ke tempat kuliner dulu baru melakukan perjalanan ke tempat yang dituju. Tujuannya, agar para goweser yang belum sarapan dapat terpenuhi. Serta mencoba jika melakukan sarapan berat terlebih dahulu, bagaimana kekuatan untuk menyusuri jalan-jalan yang akan disasar.
Tepat pukul 08.00, setelah dibuka pak Isa dan penyampaian doa oleh Kang Nana, ke-11 goweser pun mulai melakukan perjalanannya langsung menuju tempat kuliner di Cimandiri. Setelah rehat sejenak di IBCC, dilanjutkan langsung ke Cimandiri. Hanya dalam beberapa saat telah sampai di tujuan.
Walaupun pemgunjung banyak, namun karena realtif masih pagi, stok sate dan gule tampaknya masih melimpah. Sate dan gule pun tampak dinikmati para pegowes dengan penuh antusias. Suasana pun menjadi hening selain kriuk-kriuk suara kerupuk, serta beradunya piring dan sendok.
Setelah puas, perjalanan dilanjutkan ke arah Dago. Tampaknya sarapan berat sate dan gule itu tidak sia-sia, karena tenaga para goweser sepertinya ada peningkatan. Menyusuri jalan Dago yang terus menanjak sampai depan Bank BRI mulai tampak ada yang kedodoran dan mulai bermandi keringat. Di tempat ini sebetulnya beristirahat cukup lama. Namun dari tempat ini pula ada yang berniat pulang kembali.
"Kang, kalau sampai ke Tahura sepertinya kami tidak akan kuat nih, jadi saya dan pak Bubun mau pulang duluan saja," kata pak De Rochadi kepada Kang Nana dalam kapasitas sebagai PLT Pimpinan.
"Terus mau kembali lewat mana?"
"Ya, nanti di persimpangan lampu merah depan, mau belok ke kanan ke jalan Dipatiukur," katanya seraya mempersiapkan untuk berangkat duluan. Goweser yang lain hanya bisa menyetujui seraya mengingatkan agar tetap berhati-hati. Kini Goweser yang tersisa menjadi 9 orang dan langsung melanjutkan perjalanan ke arah Dago Atas. Setelah lewat lampu merah, tampaknya ada dua goweser lagi yang putar balik ke jalan Dipatiukur, yaitu Kang Iskandar dan Kang Dede Hamam. Alasannya karena di bagian perut agak sakit.
Goweser pun kembali berkurang, kini menjadi 7 orang. Akhirnya The Seven Heroes inilah yang bertekad melanjutkan perjalanan. Mereka adalah: Kang Tisna, Kang Isa, Kang Hasan, Kang Rusdi, Kang Nana, Kang Irsan, dan Kang Randhi.
Barangkali seperti itulah yang tengah dihadapi 11 Goweser yang akan menjajal jalur ke Taman Hutan Raya (TAHURA) Djuanda Bandung ini. Empat goweser diantaranya pernah sampai ke TAHURA dan tujuh goweser lainnya ingin mencoba kekuatannya untuk melintas jalur yang terbilang ekstrim itu.
Menunggu menu favorit: Sate dan dan Gule Kambing Cimandiri |
Ada cara yang baru dari perjalanan kali ini. Biasanya, gowes dulu, baru menusuk ke kuliner. Kini caranya dibalik yakni menuju ke tempat kuliner dulu baru melakukan perjalanan ke tempat yang dituju. Tujuannya, agar para goweser yang belum sarapan dapat terpenuhi. Serta mencoba jika melakukan sarapan berat terlebih dahulu, bagaimana kekuatan untuk menyusuri jalan-jalan yang akan disasar.
Tepat pukul 08.00, setelah dibuka pak Isa dan penyampaian doa oleh Kang Nana, ke-11 goweser pun mulai melakukan perjalanannya langsung menuju tempat kuliner di Cimandiri. Setelah rehat sejenak di IBCC, dilanjutkan langsung ke Cimandiri. Hanya dalam beberapa saat telah sampai di tujuan.
Permohonan agar segera disajikan |
Walaupun pemgunjung banyak, namun karena realtif masih pagi, stok sate dan gule tampaknya masih melimpah. Sate dan gule pun tampak dinikmati para pegowes dengan penuh antusias. Suasana pun menjadi hening selain kriuk-kriuk suara kerupuk, serta beradunya piring dan sendok.
Setelah puas, perjalanan dilanjutkan ke arah Dago. Tampaknya sarapan berat sate dan gule itu tidak sia-sia, karena tenaga para goweser sepertinya ada peningkatan. Menyusuri jalan Dago yang terus menanjak sampai depan Bank BRI mulai tampak ada yang kedodoran dan mulai bermandi keringat. Di tempat ini sebetulnya beristirahat cukup lama. Namun dari tempat ini pula ada yang berniat pulang kembali.
Tujuh goweser sejati, minus fotografer |
"Kang, kalau sampai ke Tahura sepertinya kami tidak akan kuat nih, jadi saya dan pak Bubun mau pulang duluan saja," kata pak De Rochadi kepada Kang Nana dalam kapasitas sebagai PLT Pimpinan.
"Terus mau kembali lewat mana?"
"Ya, nanti di persimpangan lampu merah depan, mau belok ke kanan ke jalan Dipatiukur," katanya seraya mempersiapkan untuk berangkat duluan. Goweser yang lain hanya bisa menyetujui seraya mengingatkan agar tetap berhati-hati. Kini Goweser yang tersisa menjadi 9 orang dan langsung melanjutkan perjalanan ke arah Dago Atas. Setelah lewat lampu merah, tampaknya ada dua goweser lagi yang putar balik ke jalan Dipatiukur, yaitu Kang Iskandar dan Kang Dede Hamam. Alasannya karena di bagian perut agak sakit.
Menikmati es cingcau di dago atas |
Goweser pun kembali berkurang, kini menjadi 7 orang. Akhirnya The Seven Heroes inilah yang bertekad melanjutkan perjalanan. Mereka adalah: Kang Tisna, Kang Isa, Kang Hasan, Kang Rusdi, Kang Nana, Kang Irsan, dan Kang Randhi.
Namun sebelum sampai ke Tahura, terlebih dahulu rehat sejenak di Cafe Cingcau dan Kue Balok Dago Atas. Disinilah Kang Tisna memberikan jamuan spesial Pra Ultahnya kepada enam goweser lainnya. Ketujuh goweser pun begitu tekun dan khidmat menikmati Cingcau Hijau yang diakui sangat nikmat hingga sanggup melepas dahaga seketika. Dilanjut dengan sajian minuman Greeentea Gulamerah hangat yang menyegarkan yang ditengarai mampu memicu tenaga baru.
Setelah menikmati cingcau dan greentea hangat, terjadi pro-kontra apakah akan dilanjutkan ke Tahura atau kembali pulang. Setelah melihat kondisi cuaca yang mulai panas, akhirnya diputuskan rencana melanjutkan perjalanan ke Tahura diurungkan. Tentunya ini demi kebaikan bersama, terutama demi kesehatan dan keselamatan goweser.
Akhirnya, ketujuh goweser, yang tadinya dinyatakan sebagai The Sevent Herous alias Tujuh Pahlawan itu harus terpaksa dicabut lagi dan diganti menjadi The Sevent Cowards alias Tujuh Pengecut...hahahha...
Ayo kita pulaaangggg....///**nas
Foto-foto lainnya...
Setelah menikmati cingcau dan greentea hangat, terjadi pro-kontra apakah akan dilanjutkan ke Tahura atau kembali pulang. Setelah melihat kondisi cuaca yang mulai panas, akhirnya diputuskan rencana melanjutkan perjalanan ke Tahura diurungkan. Tentunya ini demi kebaikan bersama, terutama demi kesehatan dan keselamatan goweser.
The Sevent Herous yang berganti jadi The Sevent Cowards |
Akhirnya, ketujuh goweser, yang tadinya dinyatakan sebagai The Sevent Herous alias Tujuh Pahlawan itu harus terpaksa dicabut lagi dan diganti menjadi The Sevent Cowards alias Tujuh Pengecut...hahahha...
Ayo kita pulaaangggg....///**nas
Foto-foto lainnya...
Dua PLT Pimpinan tengah menunggu rekan2 pegowes lainnya |
Kedatangan satu goweser, kang Deham, yang nyamar jadi tukang pijat |
Goweser tangguh yang pengen diakui sebagai Goweser Sejati...Prett ah... |
Punya prospek menjadi para goweser sejati |
Rehat di Rest Area-1, masih fresh dong... |
Berharap mencapai bukit Taman Hutan Raya Djuanda |
Di Rest Area-2 Dago mulai tercecer, 4 goweser melakukan "Walkout" alias pulang kandang.... |
Komentar
Posting Komentar