Menjajal Bubur dan Batagor Rancabolang


Bersiap Gowes Minggu Ceria (21/3) menuju GBLA, namun sayang
area GBLA tertutup untuk menghindari kerumunan


Disepakati bahwa Gowes Minggu Pagi (21/3) akan menuju Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Ke 16 goweser pun mulai menggerakan jari2 roda sepedanya menuju sasaran yang dituju. Jalur/trek yang ditempuh dari Gazzebo Pojok Toleransi - Jajawai - Parakansaat - Cinambo - Rumah Sakit - Gedebage - langsung ke arah jalan GBLA.

Namun apes, apa boleh buat, rupanya dalam rangka menghindari kerumunan massa, maka jalan ke arah GBLA ditutup dan dijaga beberapa petugas keamanan.

"Waduh, bagaimana ini? Bagusnya kita melanjutkan jalan ke arah mana, yah?" tanya Prestol, kang Dammar, pada para goweser NKRI Ankid-10.

"Bagaimana kalau kita lanjut ke Rencong saja tinggal lurus ke arah Majalaya," usul kang Nana, yang dijawab kang Dammar itu terlalu jauh.

"Bagaimana kalau kita balik lagi saja nanti di pertengahan jalan ada arah jalan ke kiri menuju perkampungan," kata kang Iskandar. Saran itupun kurang menarik.

"Sudah belok kiri saja ke Ciwastra, nanti tembus ke Riung Bandung, nanti cari kuliner disana," usul beberapa goweser.

Akhirnya disepakati kita menempuh jalan ke arah Ciwastra saja kemudian bergerak menuju Riung Bandung. Kemudian ke 16 goweser pun membelokan kuda2 kurusnya berduyun-duyun mengarah ke Ciwastra.

Namun setelah menyusuri jalan Ciwastra yang ramai, pemandu jalan kang Dammar, ternyata tidak belok2 ke arah Riung Bandung, namun masih lanjut beberapa ratus meter lagi, kemudian mulai belok ke arah Ranca Bolang. Usut punya usut, ternyata di Rancnabolang ada Kuliner yang cukup menarik untuk dijajal. Antara lain Bubur ayam spesial yang rasanya lumayan beda.

Sampailah di tempat kuliner di Rancabolang yang menyajikan beberapa menu jajanan terpisah, antara lain ada bubur ayam, batagor dan baso tahu, kupat tahu, dan ada juga nasi ayam kremes.

10 goweser lebih memilih Bubur Ayam Spesial. 4 goweser tertarik menikmati baso tahu dan 2 orang memilih kupat tahu.

Kuliner di Rancabolang ini boleh dibilang lumayan pada cocok di lidah. Terbukti ketika sedang makan, tak ada lagi suara percakapan. Yang ada adalah suara kriuk-kriuk kerupuk yang dikunyah berpadu dengan suara sendok beradu piring.

Setelah pada puas menikmati kuliner jalanan Rancabolang, perjalanan dilanjutkan ke arah Metro Margahayu. Efek dari makan bubur ayam tampak para goweser koq jadi pada letoy yah. Para pegowes memang tampak mengayuh pedalnya ogah2an bagai tak ada tenaga lagi, lembek macam bubur ayam.

Atau memang akibat menghadaoi situasi perjalanan yang agak sulit dilalui dan melelahkan akibat terlalu ramai. 

"Memang jalannya tidak menarik, banyak hambatan, krodit," kata Uda Rusdi seperti agak jengkel seraya menambahkan agar lain kali tidak melewati jalur itu lagi.

Setelah menyusuri pinggir sungai di seberang Parakansaat. Pas dipinggir jalan bypass Soetta, para pegowes kompak memilih menyebrang jalan dengan mengangkat sepedahnya ke arah Parakansaat. "Alaamaakkk, dasar aki-aki garumasep, sepedah koq pada diangkat...!!" mungkin begitu suara hati para pemakai jalan yang merasa terganggu karena jalannya dihadang sementara oleh bang Randhi.

Dari Parakan saat perjalanan selanjutnya langsung menusuk ke arah Antapani dan sebagian berkumpul kembali di Pojok Toleransi. Ada enam orang di Pojok Toleransi sepakat untuk sowan ke rumah Kang Tisna yang sedang mengadakan syukuran di rumah belakangnya yang telah selesai dibangun.

Info yang diperoleh bahwa rumah yang di belakang akan dimanfaatkan anaknya untuk dijadikan semacam klinik kecantikan. Jadi bagi kaum wanita atau ibu-ibu yang ingin tampil lebih cantik silahkan berkunjung ke Rumah Kecantikan Kang Tisna. Kebetulan memang anaknya yang spesialis kebidanan dan kesehatan kini lebih fokus untuk memperdalam bidang kecantikan.///*nas



Dari kiri ke kanan: Ki Ali menikmati Kupat Tahu, Kang Nana menikmati
Bubur Ayam Spesial, Kang Dammar memilih Batagor dan Kupat Tahu,
dan Kang Hasan lebih memilih Bubur Ayam.




Sebagian goweser para penikmat kuliner jalanan di Rancabolang
"murah tapi rasanya benar2 tidak murahan," kata Kang Sigit



Wah, bendahara (Kang Isa) kok gak kepotret yah...padahal beliau adalah
yang paling sumringah, karena saldo yang digunakan
tak terlalu menguras dana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersepeda Saat Puasa, Mengapa Tidak?

Teknik Pingpong Slow Motion

Nasi Kebuli itu begitu Nikmat